Rabu, 23 Februari 2011

Aku Bukan Siti Khatijah Part 2

Rasanya baru kemarin aku merasakan kebahagiaan bersama suamiku,kini kebahagiaan itu rasanya hambar setelah mertuaku Kiyai Abdullah pulang ke Rahmatullah karena komplikasi liver & stroke. Pondok Pesantren sepi tanpa adanya sosok yang selama ini menjadi tauladan yang baik bagi seluruh santri di pesantren ini.

"Sudahlah janganlah kamu terus bersedih...... sebagai anak wajib kita mendoakan orang tua kita yang telah pergi.... semoga Abi mendapat kemuliaan disisi-NYA". Suamiku mengagetkanku  membuyarkan renungan kesedihanku.

"Astagfirullah hal adzim..... maafkanlah segala kekhilafan hambamu ini Ya Rabbi,,,,,, Abi kapan datang...?. jawabku seraya menyambut salam suamiku

"Baru aja ko mi......  ummi aja yang sibuk merenung........ jangan teralu berlarut-larut kesedihanmu mi..... nanti kalau ummi sakit gimana...? kan abi juga yang susah.....". Suamiku berkata kepadaku dengan memeluk pundakku.

"Iya bi...... maafkan ummi..... ummi akan coba tegarkan hati hadapi semua ini... Abi pasti lapar, ummi sudah siapkan masakan spesial kesukaan Abi......".

Suamiku memang sosok yang tidak jauh berbeda dengan Almarhum Kiyai Abdullah,dia sangat sabar & penyayang dalam menghadapi semua sifat-sifatku. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk menjadi istri yang mampu menjalankan semua kewajiban.

Semenjak kepergian Kiyai Abdullah kami berdua yang meneruskan mengurus pondok pesantren ini. Mungkin karna kami sama-sama begitu sibuk mengurus pondok pesantren ini,satu yang membuat hatiku galau saat ini,mengapa sampai saat ini aku belum juga hamil, padahal keinginan hati akan seorang anak sudah sekian lama aku mendambakannya. Pada suatu ketika aku bicarakan masalah ini kepada suamiku.

"Abi aku ingin bicarakan sesuatu sama abi..... semoga ini berkenan dihati abi......." lirih aku bertanya kepada suamiku.

"Katakanlah mi..... Insyaallah dengan senang hati aku akan dengarkan semua yang ingin ummi katakan....".

"Begini bi...... ummi sekarang gundah & gelisah mengapa kita sampai saat ini belum  di karuniai anak..... kita kan sudah lama menikah.....?.

 "Oh jadi itu masalahnya mi...... sudahlah kita bersabar dulu mi.... kita bertawakkal aja...memintakan semua kepada Allah SWT...... mungkin saja kita masih belum dikasih amanah sama Dia Dzat yang Maha Agung untuk mempunyai,mengajar & mendidik seorang anak..."

Sebenarnya aku tak ingin bertanya lebih jauh lagi terhadap suamiku,karena aku  takut menyakiti perasannya terlebih mendurhakainya, "Apa kita periksa aja bi....? .aku beranikan bertanya
"Baiklah,,,,,, Abi rasa memang kita perlu periksa ke dokter...."

"Tapi abi ga marah kan sama ummi...?". 

 "Ga ko.... Abi ga marah, kita sebagai manusia wajib berikhtiar kepada Allah selain itu juga wajib berusaha....."

Keesokan harinya

Hari ini aku berangkat ke dokter untuk periksa bersama suamiku, sesampainya disana....

"Bagaimana dok,,,, hasilnya,,,,?. Tanyaku kepada dokter Wahyu

"Begini bu...... saya mohon ibu & bapak, menerima & menyikapi semua ini dengan hati ikhlas serta jiwa yang besar..... Menurut hasil tes laboratorium kami..... untuk bapak hasilnya subur namun untuk ibu,,,,,,?. Dokter Wahyu terdiam seolah dia tak mampu berkata.

"Mengapa dengan istri saya dok....? Katakanlah dok......?"

"Sepertinya istri bapak positif mandul...... "
 
Entah seperti apa gambaran hatiku ini mendengar apa yang dokter Wahyu katakan, rasanya aku benar-benar tak mampu lagi berbuat sesuatu,aku merasa tak berharga lagi,suamiku pasti kecewa dengan keadaanku yang seperti ini. Tentunya dengan kehadiran seorang anak ditengah-tengah sebuah keluarga pastinya akan memperlengkap kebahagiaan. 

"Duch gusti....mengapa kau berikan aku cobaan seberat ini gusti........"

"Sudahlah mi..... bersabar & bertawakallah.... Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya..... kamu tidak usah khawatir mi, masih banyak waktu untuk kita berusaha & berdoa..... Abi yakin kita pasti mampu menghadapinya "

"Ummi takut abi kecewa, sebagai seorang istri ummi merasa tidak berarti karena tak bisa memberikan seorang anak......"

"Janganlah ummi berfikir sejauh itu..... Abi tidak pernah merasa begitu ini mungkin ini cobaan kepada kita untuk memperkuat & mempertebal kadar keimanan kita kepada Allah SWT".

Perkataan Suamiku benar-benar membuat hatiku tenang. Kamipun pulang bersama,walaupun hatiku terasa sangat begitu pedih namun aku tak ingin berburuk sangka kepada  Tuhan,semoga aku sanggup menjalani semua ini.


Nantikan Episode Berikutnya

Lanjutkan Gan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkata jangan terbata-bata
Bertutur jangan ngelantur
Bicara nggak pake spam ya
Bukan mengatur, budayakan berbudi luhur